Mojokerto – Suasana penuh keakraban dan nuansa keilmuan mewarnai pertemuan antara Forum Santri dan Alumni Pesantren Kabupaten Mojokerto dengan Bupati Mojokerto, H. Muhammad Albarra, Lc., M.Hum., pada Kamis (16/10). Dalam pertemuan tersebut, forum santri menyampaikan aspirasi terkait tayangan program Xpose di stasiun televisi Trans7 yang dianggap merugikan kehormatan pesantren dan para kiai.
Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai unsur alumni pesantren dari berbagai daerah di Mojokerto. Di antaranya perwakilan HIMASAL (Himpunan Santri dan Alumni Lirboyo), IMAP (Ittihadul Mutakharrijin Al-Falah Ploso) yang diwakili oleh Masduqi Hasan, serta sejumlah pengasuh pondok pesantren di wilayah Kabupaten Mojokerto.
Dalam penyampaiannya, para santri dan alumni menegaskan bahwa tayangan tersebut menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat pesantren dan berpotensi menimbulkan salah tafsir publik terhadap kiprah pesantren sebagai lembaga pembentuk moral bangsa.
“Kami datang membawa aspirasi dari hati para santri dan alumni pesantren. Tayangan semacam itu jelas mencederai marwah pesantren dan para kiai. Kami berharap pemerintah daerah bisa turut menyuarakan kegelisahan ini kepada pihak berwenang,” ujar Masduqi Hasan, perwakilan dari IMAP Mojokerto Raya.
Sementara itu, Dr. KH. Moh. Nizar, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nahdliyah Sooko, menegaskan bahwa kritik terhadap lembaga keagamaan boleh dilakukan, namun harus disampaikan dengan adab dan tanggung jawab moral.
“Pesantren itu benteng akhlak dan pusat peradaban Islam di Nusantara. Jangan sampai media justru menodai lembaga yang telah berjasa besar membangun karakter bangsa. Kami berharap ada permintaan maaf terbuka dari pihak Trans7,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Mojokerto H. Muhammad Albarra, yang dikenal akrab dengan kalangan santri, menyampaikan apresiasinya atas cara santun para alumni pesantren dalam menyampaikan pandangan. Ia menilai, kritik yang disampaikan secara beradab adalah bentuk tanggung jawab sosial yang patut dihormati.
“Saya memahami sepenuhnya kegelisahan para santri dan kiai. Saya juga prihatin, karena konten yang tayang seharusnya memenuhi kode etik jurnalistik. Pemkab siap menyalurkan aspirasi ini kepada lembaga terkait agar persoalan ini mendapat tindak lanjut yang proporsional,” ujar Bupati yang akrab disapa Gus Barra itu.
Forum santri dan alumni juga mengimbau seluruh warga pesantren untuk tetap menjaga ketenangan, menjauhi provokasi, serta memperkuat sinergi dalam menjaga kehormatan pesantren. Dengan semangat “Jaga Marwah Pesantren, Tinggikan Harkat Kiai”, para alumni berkomitmen melestarikan nilai-nilai luhur pesantren dan memperkuat peranannya dalam membentuk karakter bangsa di tengah arus informasi yang kian bebas.


