Sangatta – Di tengah pemangkasan anggaran hingga 80 persen, Festival Magic Land 2025 tetap berhasil digelar dengan penuh semangat di Polder Ilham Maulana, Kecamatan Sangatta Utara. Festival yang berlangsung selama tiga hari sejak Jumat (14/11/2025) ini membuktikan bahwa keterbatasan dana tidak mampu membungkam semarak seni dan budaya di Kutai Timur.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutim, Padliyansyah, mengakui bahwa keterbatasan anggaran menjadi tantangan besar tahun ini. Namun panitia menyiasatinya dengan menyederhanakan kemasan tanpa mengurangi substansi.
“Festival kali ini lebih kecil karena menyesuaikan anggaran. Itu perbedaan paling menonjol dari tahun sebelumnya,” ujarnya.
Salah satu langkah inovatif yang diambil adalah perubahan arah panggung yang kini langsung menghadap penonton. Meski minim dekorasi, pendekatan ini justru menciptakan kedekatan emosional antara penampil dan penonton.
Festival tetap menampilkan kekayaan budaya dari berbagai suku di Kutim. Atraksi yang disuguhkan mencakup Tari Magic Land, Musik Tingkilan, Reog Singolawu, Wayang Orang, Fashion Show, lomba tari kreasi dari pesisir hingga pedalaman, lomba video, hingga band-band lokal yang memikat kaum muda.
“Besok malam ada reog dan panorama. Siangnya ada lomba tari dan lomba menyanyi lagu Magic Land yang kini punya empat versi, termasuk versi Inggris dan Korea,” tambah Padliyansyah.
Pembukaan festival diawali dengan pemberian Anugerah Kebudayaan kepada para seniman lokal sebagai bentuk apresiasi dari Pemkab Kutim terhadap dedikasi mereka dalam menjaga tradisi.
Menariknya, tahun ini panitia membuka pendaftaran secara terbuka sehingga partisipasi lebih luas. Bahkan, tercatat ada peserta dari luar Kutai Timur yang ikut serta.
Kendati dampak keterbatasan anggaran juga terasa pada sektor UMKM, panitia tetap memberikan subsidi. Jika sebelumnya UMKM difasilitasi gratis, kini mereka dikenakan biaya ringan untuk stand.
“Untuk UMKM memang berbayar, tetapi sudah kami subsidi. Mereka hanya menanggung sebagian kecil biaya sewa dan listrik,” jelasnya.
Sebagai bagian dari evaluasi, panitia juga melakukan pendataan omzet harian para pelaku UMKM untuk melihat sejauh mana dampak festival terhadap geliat ekonomi lokal.
Dengan semangat komunitas seni yang solid, antusiasme masyarakat, dan strategi adaptasi yang cermat, Festival Magic Land 2025 tak hanya bertahan, tetapi mampu tetap menyala di tengah keterbatasan. (ADV).


