Sangatta – Sorak sorai dan kreativitas anak-anak mewarnai gelaran Pameran Miniatur Sejarah Nabi dan Rasul yang digelar di Masjid Agung Al-Faruq Sangatta, sejak 16 hingga 22 November 2025. Rangkaian lomba bernuansa islami yang diadakan oleh Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Timur menjadi pusat perhatian dan berhasil menghidupkan suasana edukatif sekaligus menghibur.
Ratusan peserta dari berbagai jenjang usia memeriahkan kegiatan ini, menjadikan pameran bukan sekadar ruang pajangan sejarah, tapi juga ajang unjuk ekspresi seni dan budaya Islam. Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kutim, Padliyansyah, menyatakan bahwa kegiatan ini memang dirancang untuk menggabungkan edukasi sejarah dengan media yang digemari generasi muda.
“Lomba-lomba ini kami selenggarakan agar anak-anak tidak hanya melihat miniatur sejarah, tetapi juga merasakan nilai budaya Islam melalui cerita, warna, dan musik,” ujarnya pada Minggu (16/11/2025).
Antusiasme paling tinggi terlihat pada lomba mewarnai yang digelar di hari pembukaan. Sebanyak 150 anak TK memadati area pameran dengan penuh semangat. Warna-warna cerah dan gambar bertema islami memenuhi ruangan, menciptakan atmosfer yang meriah sekaligus penuh makna.
“Anak-anak sangat antusias. Hasil karya mereka membuat juri bingung karena rata-rata bagus dan penuh imajinasi,” tambah Padliyansyah.
Berlanjut pada tanggal 18 November, lomba bercerita islami diikuti 24 peserta dari tingkat SD dan SMP. Mereka membawakan kisah para nabi dengan gaya masing-masing, memikat penonton dengan intonasi dan penghayatan mendalam. Enam peserta terbaik berhasil terpilih setelah melalui proses penjurian yang ketat.
Yang tak kalah menarik adalah lomba habsyi, yang semula hanya dirancang untuk kategori senior. Namun, karena banyaknya peminat dari kalangan pelajar, panitia menambahkan kategori junior. Kekompakan dalam melantunkan syair dan bermain rebana membuat lomba ini menjadi salah satu sesi paling semarak.
“Kami melihat peserta junior sangat berbakat. Mereka adalah bibit-bibit pembaca habsyi masa depan di Kutai Timur,” ungkap Padliyansyah.
Pada 20 November, suasana semakin hidup dengan digelarnya lomba qasidah yang diikuti 12 grup dari kalangan ibu-ibu dan remaja putri. Suara rebana yang menghentak dan lantunan syair religius menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung pameran.
Puncak acara ditutup dengan pengumuman pemenang pada Sabtu (22/11/2025), disertai penyerahan hadiah oleh perwakilan Disdikbud. Suasana haru dan bangga terasa ketika para peserta, guru pendamping, dan orang tua menyaksikan penghargaan diberikan kepada para juara.
Padliyansyah menyampaikan harapannya agar kegiatan serupa bisa digelar setiap tahun.
“Kami ingin rangkaian lomba ini menjadi wadah bakat. Semoga tahun depan lebih banyak peserta dan kategori yang bisa kita hadirkan,” pungkasnya.
Dengan berakhirnya seluruh rangkaian lomba, pameran ini bukan hanya menjadi catatan sejarah, tapi juga momentum untuk menanamkan nilai-nilai islami dan menggali potensi seni budaya generasi muda Kutai Timur. (ADV).


